Jumat, 08 April 2016

MANAJEMEN KAS DAN SURAT BERHARGA

MAKALAH 
MANAJEMEN KAS DAN SURAT BERHARGA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan 2

Di Semester Empat Prodi S1 Manajamen & S1 Akuntansi






Disusunoleh :

                     1.      Mahwiyah                           (5230014009)

                     2.      Galih Adi Prakoso               (5130014010)

                     3.      Hilda Noviana Chori            (5130014023)

                     4.      Suhaini                                (5130014020)

                     5.      M Amirul Fahri Alfaruk     (5130014033)




DosenPembimbing :

NINNASI MUTTAQIN,S.M.B,M.SM



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN 2016


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Manajemen Kas dan Surat Berhargal”.

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Manajemen Keuangan 2.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :

1.   Ibu Ninnasi M. yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
2.      Teman-teman yang sudah membantu
3.  Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini
4.   Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Surabaya, 03 Maret 2016

                             



                                                                                                                                  Penulis
 
 
BAB 2
PEMBAHASAN

Motivasi Perusahaan Mengadakan Kas
Kas dan surat berharga merupakan jenis aktiva yang paling likuid bagi perusahaan. Pengertian kas adalah seluruh uang tunai yang ada ditangan (cash on hand) dan dana yang disimpan dibank dalam berbagai bentuk seperti deposito, rekening Koran. Kas merupakan alat tukar yang memungkinkan manajemen menjalankan berbagai kegiatan usahanya.
Surat berharga adalah bentuk penanaman dana perusahaan dalam jangka waktu pendek yang bersifat sementara, sehingga apabila perusahaan membutuhkan kas, maka surat berharga akan dijual dan hasilnya dapat digunakan untuk membiayai koperasional perusahaan.
Motif dalam Menyimpan Kas
Terdapat empat motif dasar dalam menyimpan kas yaitu:
1.      Motif Bertransaksi (Transactions Motive)
     Motif transaksi artinya uang kas digunakan untuk melakukan pembelian dan pembayaran,seperti pembelian barang atau jasa, pembayaran gaji, upah utang, dan pembayaran lainnya. Kas keluar dan kas masuk tidak selalu tersinkronisasi.Jika kas keluar > kas masuk, perusahaan bisa menghadapi masalah likuiditas.
2.      Motif Berjaga-Jaga (Precautionary Motive)
      Motif berjaga-jaga, artinya uang kas digunakan untuk berjaga-jaga sewaktu dibutuhkan uang kas untuk keperluan yang tidak terduga.Misalnya pada saat perusahaan mengalami kerugian tertentu dan harus menutupi kerugian tersebut sesegera mungkin.
3.      Motif Spekulasi (Speculative Motive)
      Motif spekulasi, artinya uang kas digunakan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang mungkin timbul diwaktu yang akan datang, seperti turunnya harga bahan baku secara tiba-tiba akan menguntungkan perusahaan dan diperkirakan kemungkinan akan meningkat dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dalam hal ini perusahaan akan memiliki kesempatan untuk membeli dengan uang kas yang dimilikinya, dan menjualnya pada saat harga naik.
4.      Kebutuhan saldo Kompensasi (Compensating Balance)
      Motif saldo kompensasi merupakan salah satu alasan perusahaan untuk mengadakan kas.Perusahaan memiliki saldo kas tertentu di bank dalam bentuk rekening giro, sebagai kompensasi atas jasa pelayanan yang diberikan bank kepada perusahaan. Sejumlah dana berupa saldo  minimum  yang diputuskan  untuk  tetap berada di bank dalam rekening giro, sehingga perusahaan tidak perlu membayar jasa pelayanan tertentu kepada bank. Dengan adanya saldo ini, bank dapat meminjamkan dana kepada nasabah dengan jangka waktu yang lebih lama. Bank akan memperoleh  penghasilan  bunga  yang  merupakan  biaya  jasa  tidak  langsung  yang  harus dibayar  oleh nasabah tersebut.
Aliran Kas
 Aliran kas dalam perusahaan : Aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash out flow). Aliran kas ada yang kontinyu dan tidak kontinyu (intermittent).
Aliran kas masuk kontinyu(misalnya hasil penjualan produk secara tunai, penerimaan piutang). Aliran kas masuk intermittent (misalnya pendapatan dari peyertaan pemilik perusahaan, penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjulan AT yang tdk terpakai).
Aliran kas keluar kontinyu (misalnya kas utk pembelian bahan mentah, gaji karyawan)
Aliran kas keluar intermittent (misalnya pengeluaran untuk pembayaran dividen, bunga, pembayaran angsuran hutang pembelian kembali saham, pembelian AT).
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kas
1.      Adanya penerimaan dari hasil penjualan barang dan jasa. Artinya perusahaan melakukan penjualan barang, baik secara tunai maupun secara kredit. Bila dilakukan secara tunai, maka otomatis langsung berpengaruh terhadap kas. Akan tetapi jika dilakukan secara angsuran, maka perubahan ini akan terjadi untuk beberapa  saat kedepan. Perubahan tentunya akan menyebabkan uang kas bertambah.
2.      Adanya pembelian barang dan jasa, artinya perusahaan memnbeli sejumlah barang, baik bahan baku, bahan tambahan, atau barang keperluan lainnya, yang tentunya akan berakibat mengurangi jumlah uang kas.
3.      Adanya pembayaran biaya-biaya operasional. Dalam hal ini perusahaan mengeluarkan sejumlah biaya yang sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk membiayai aktivitas perusahaan, seperti membayar gaji, upah, telepon, listrik, pajak, biaya pemeliharaan yang tentunya akan mengakibatkan uang kas akan bertambah.
4.      Adanya pengeluaran untuk membayar angsuran pinjaman. Artinya jika dalam memperoleh sumber dana perusahaan melakukan pinjaman ke bank atau ke lembaga lain, maka perusahaan tentu akan membayar angsuran pinjaman tersebut, selama beberapa waktu , hal ini tentunya akan mengakibatkan berkurangnya uang kas.
5.      Adanya pengeluaran untuk investasi. Hal ini dilakukan bila perusahaan hendak melakukan penambahan kapasitas produksi seperti pembelian mesin-mesin baru, atau pembangunan gedung atau pabrik baru. Hal ini juga dapat terjadi bila perusahaan hendak melakukan ekspansi kebidang usaha lainnya.
6.      Adanya penerimaan dari pendapatan, artinya perusahaan memperoleh tambahan kas dari pendapatan, baik yang berkaitan langsung dengan kegiatan perusahaan maupun pendapatan yang tidak langsung. Jelas bahwa pendapat ini akan mempengaruhi jumlah uang kas.
7.      Adanya penerimaan dari pinjaman. Dalam hal ini perusahaan memperoleh sejumlah uang dari lembaga peminjam, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Pinjaman ini akan menamabah jumlah uang kas dalam periode tersebut.
8.      Dan faktor lainnya.
Disamping faktor yang dapat mempengaruhi kas perusahaan terdapat pula faktor-faktor yang tidak mempengaruhi perubahan jumlah uang kas, yaitu:
a)      Adanya penghapusan dan pengurangan nilai buku dari aktiva.
b)      Penghentian pengguanaan aktiva yang sudah habis umur ekonomisnya (disusut) dan tidak dapat dipakai lagi.
c)      Adanya pembenaan terhadap aktiva tetap seperti depresiasi, omortisasi, deplesi (karena biaya ini tidak memerlukan biaya kas).
d)     Adanya pengakuan kerugian piutang dan penghapusan piutang karena sudah tidak dapat ditagih lagi.
e)      Adanya pembayaran deviden dalam bentuk saham.
f)       Adanya penyisihan atau pembatasan pengguanaan laba.
g)      Adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva yang dimiliki.
Manajemen Kas Versus Manajemen Likuiditas
            Dalam membahas manajemen kas perlu dibedakan antara manajemen kas yang sesungguhnya dan manajemen likuiditas.Perbedaan ini sering merupakan sumber ketidakjelasan karena istilah kas dalam praktik sering digunakan untuk dua pengertian yang berbeda.Pertama, kas yang merujuk pad akas sesungguhnya yang ada di perusahaan.Kedua, manajer keuangan sering menggunakan istilah kas tetapi meliputi juga surat-surat berharga, yang kadang-kadang disebut setara kas.
                  Perbedaan manajemen kas dengan manajemen likuiditas adalah jelas.Manajemen likuiditas berkaitan dengan jumlah optimal aktiva likuid yang harus dimiliki perusahaan, sedangkan manajemen kas lebih erat kaitannya dengan mengoptimalkan mekanisme untuk pengumpulan dan pendistribusian kas.
B. Memahami Float dalam manajemen kas
                  Dalam praktik bisnis, suatu perusahaan yang sudah besar pada umumnya menggunakan jasa bank untuk memfasilitasi berbagai transaksi yang dilakukan perusahaan. Sering kali terdapat perbedaan antara saldo kas yang ada dalam catatan buku perusahaan dan saldo yang ada pada rekening perusahaan di bank. Perbedaan inilah yang dikenal dengan istilah float, yang mencerminkan dampak dari adanya cek perusahaan yang masih dalam proses kliring.            
     
Disbursement Float (Pengeluaran mengambang)
            Cek yang ditulis perusahaan akan menimbulkan disbursement float, karena akan menurunkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan, tetapi belum mengubah saldo kas perusahaan di bank sampai dengan cek tersebut diuangkan. Sebagai contoh, perusahaan General, mempunyai 100 juta rekening Giro di bank. Pada tanggal 8 Oktober 2008 perusahaan membeli bahan baku dan membayar dengan menggunakan cek Rp 100 juta. Saldo kas pada catatan buku perusahaan akan segera berkurang sebesar Rp 100 juta.
                  Bank perusahaan General tidak akan mengetahui cek tersebut sampai saat diuangkan ke bank, misalkan tanggal 15 Oktober 2008. Dengan demikian sampai dengan cek diuangkan, saldo kas perusahaan di bank akan lebih tinggi sebesar Rp 100 juta dibandingkan dengan saldo kas dalam catatan buku perusahaan. Jadi, sebelum 8 Oktober 2008 perusahaan General mempunyai zero float.
Float    = firm’s available balance – Firm’s book balance
                  = Rp 100 juta – Rp 100 juta
                  = Rp 0
Posisi perusahaan General antara 8 Oktober sampai dengan 15 Oktober 2008 adalah:
Disbursement float      = firm’s available balance – Firm’s book balance
                                          = Rp 100 juta – Rp 0
                                          = Rp 100 juta
            Selama cek dalam proses kliring, perusahaan dapat memperoleh manfaat dengan menginvestasikan sementara kas yang ada di bank pada surat berharga, sehingga perusahaan memperoleh bunga.
Collection float dan net float
            Cek yang diterima perusahaan akan menimbulkan collection float, yang akan segera meningkatkan saldo kas dalam catatan buku perusahaan tetapi tidak segera menimbulkan perubahan pada saldo kas perusahaan di bank. Sebagai contoh, perusahaan General pada tanggal 20 Oktober 2008 menerima cek dari pelanggan Rp 100 Juta. Perusahaan mencatat penerimaan cek tersebut pada buku perusahaan General sehingga meningkatkan saldo kasnya sebesar Rp 100 juta menjadi Rp 200 Juta. Akan tetapi tambahan saldo kas tidak tampak pada saldo kas perusahaan General di Bank, sampai cek tersebut diuangkan ke bank pelanggan pada tanggal 30 Oktober 2008. Sebelum 20 Oktober 2008 posisi perusahaan General adalah:
Float     = firm’s available balance – Firm’s book balance
                    = Rp 100 juta – Rp 100 juta
                    = Rp 0
Posisi perusahaan General antara 20 Oktober sampai dengan 30 Oktober 2008 adalah:
Disbursement float       = firm’s available balance – Firm’s book balance
                                                      = Rp 100 juta – Rp 200 juta
                                                      = -Rp 100 juta
            Pada umunya, aktivitas pembayaran (disbursement) akan menghasilkan disbursement float dan aktivitas pengumpulan (collection) akan menghasilkan Collection float. Jumlah dari disbursement float dan collection float disebut net float. Net float pada saat tertentu menunjukkan seluruh perbedaan antara firm’s available balance dan Firm’s book balance. Jika net float positif, berarti disbursement float lebih besar dari collection float, dan firm’s available balance lebih besar dari Firm’s book balance. Jika firm’s available balance dlebih kecil dari Firm’s book balance, berarti perusahaan mempunyai net collection float.
            Perusahaan seharusnya lebih memerhatikan net float dan available balance lebih besar dari book balance. Jika manajer keuangan mengetahui cek yang telah ditulis perusahaan belum dikliringkan selama beberapa hari, manajer keuangan dapat mempertahankan saldo kas yang rendah di bank, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menginvestasikannya.
            Sebagai contoh, rata-rata penjualan perusahaan Exxon Mobil per hari mencapai USD 690 juta. Jika pengumpulan kas Exxon Mobil dapat dipercepat satu hari saja, maka perusahaan akan mempunyai kas USD690 juta untuk diinvestasikan. Misalkan tingkat keuntungan sebesar 001% per hari, maka jumlah bunga yang diperoleh setiap hari sebesar USD69.000.
Mengelola disbursement float
            Sebagaimana kita ketahui, keterlambatan waktu pembayaran dapat bersumber dari pengiriman check, pemrosesan check, dan penagihan. Disbursement float dapat ditingkatkan dengan menuliskan check pada bank yang bertempat di lokasi yang jauh secara geografis atau menuliskan check dari kantor pos yang terpencil. Dilihat dari sudut pandang etika dan ekonomi taktik yang digunakan untuk meningkatkan disbursement float masih dalam perdebatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa argumen antara lain:
a.       Secara ekonomi pada umumnya setiap syarat pembayaran selalu mencantumkan diskon di mana diskon tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan keuntungan dari meningkatkandisbursement float.
b.      Secara etika menunda pembayaran yang sudah jatuh tempo merupakan  prosedur bisnis yang tidak etis. Disamping itu terdapat konsekuensi negatif yaitu rusaknya hubungan dengan pemasok. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola disbursement float, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan semaksimal mungkin diskon yang diberikan oleh pemasok dan memperbaiki  pengendalian terhadap pengeluaran.
C. Manajemen Float
            Manajemen Float mencakup pengendalian penerimaan dan pengeluaran kas. Tujuan penerimaan kas adalah mempercepat pemasukan kas dan mengurangi periode antara saat pelanggan melakukan pembayaran dan saat kas tersedia di perusahaan. Tujuan pengeluaran kas adalah untuk mengendalikan pembayaran dan meminimalkan biaya yang terkait dengan proses pembayaran.
            Total waktu penerimaan atau pengeluaran kas dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu: mailing time, processing delay, dan availability delay.
a.       mailing time, adalah bagian dari proses penerimaan dan pembayaran, saat cek masuk dalam sistem pengiriman
b.      processing delay adalah waktu yang diperlukan oleh penerima cek untuk memproses pembayaran dan menyimpannya di bank
c.       Availability delay adalah waktu yang dibutuhkan untuk kliring cek dalam sistem perbankan.
Mempercepat penerimaan kas meliputi pengurangan satu atau lebih komponen waktu tersebut.
Mengukur float
            Mengukur Float Besar kecilnya float tergantung pada jumlah dollar atau rupiah dan waktu penundaan. Sebagai contoh, misalkan perusahaan Anda mengirim check senilai Rp500 ribu setiap bulan. Dibutuhkan waktu lima hari waktu pengiriman untuk sampai ditempat tujuan (mailing time), dan satu hari bagi penerima untuk menyampaikan check tersebut kepada bank penerima (processing delay). Bank penerima memproses check selama tiga hari (availability delay). Dengan demikian total waktu adalah 9 hari.
            Dalam kasus ini Berapa rata-rata disbursement float per hari ? Pertama, perusahaan Anda punya Rp 500 ribu float selama sembilan hari, dengan demikian total float adalah 9 x Rp 500 ribu = Rp 4.500.000,- . Kedua, jika diasumsikan satu bulan adalah 30 hari, maka rata-rata float per hari adalah :
Average daily float = Rp 4.500.000,- / 30 = Rp 150.000,-
            Hal ini berarti bahwa rata-rata perhari book balance perusahaan anda Rp 150.000 lebih rendah daripada available balance di bank. Jika terjadi lebih dari satu kali penerimaan atau pembayaran dalam setiap bulan, perhitungannya menjadi sedikit kompleks.
 Contoh, perusahaan Anda menerima dua macam penerimaan setiap bulan:
Amount
Processing and availability delay
Total float
1.      Rp 5.000.000
X 9
Rp 45.000.000
2.      Rp 3.000.000
X5
Rp 15.000.000
            Total Rp 8.000.000
Rp 60.000.000
            Berdasarkan informasi tersebut jika satu bulan sama dengan 30 hari, maka dapat dihitung:
Average daily float = Total float / Total days = Rp 60.000.000 / 30 = Rp 2.000.000
Dengan demikian rata-rata per hari sebanyak Rp 2.000.000 kas yang tidak diterima dan tidak tersedia.
Biaya Float
            Biaya yang timbul dengan adanya collection foat bagi suatu perusahaan adalah berupa opportunity cost karena perusahaan tidak dapat segera menggunakan kas. Paling tidak perusahaan dapat memperoleh bunga, jika kas untuk investasi telah tersedia.
            Sebagai Contoh, Perusahaan Lambo, mempunyai ratarata penerimaan check per hari Rp1.000.000,dan rata-rata tertimbang penundaan selama tiga hari. Dengan demikian average daily float = 3 x Rp1.000.000 = Rp3.000.000. Hal ini berarti ada Rp 3.000.000 dana yang tidak menghasilkan bunga dalam satu hari.
Electronic Data Interchange
            Electronic Data Interchange (EDI) merupakan istilah yang menunjukkan perkembangan praktik yang secara langsung berkaitan dengan pertukaran informasi elektronik antara berbagai bentuk bisnis. Salah satu bagian penting penggunaan EDI adalah financial EDI atau FEDI, yang merupakan pengiriman data finansial secara elektronik antarpihak sehingga mengurangi penggunaan kertas dalam pembuatan invoice, penulisan cek, pengiriman, dan pemrosesan. Secara umum penggunaan EDI memungkinkan penjual mengirim tagihan secara elektronik kepada pembeli. Penjual kemudian melakukan otorisasi pembayaran, yang juga dilakukan secara elektronik. Bank yang ditunjuk untuk menerima pembayaran dari pembeli kemudian mentransfer dana ke rekening penjual di bank yang berbeda. Secara keseluruhan dampaknya adalah jangka waktu mulai transaksi sampai penyelesaian transaksi menjadi berkurang secara berarti, dan float akan turun secara drastis.
D. Pengumpulan dan Konsentrasi Kas

Lamanya waktu yang diperlukan pada setiap komponen proses pengumpulan kas tergantung pada lokasi perusahaan pelanggan dan bank, serta efisiensi perusahaan dalam pengumpulan kas.
Pengumpulan Kas
            Bagaimana perusahaan mengumpulkan kas dari pelanggannya, sebagian besar tergantung pada sifat bisnis yang dilakukan perusahaan. Pada bisnis restoran, umumnya para pelanggan membayar secara tunai, cek atau kredit pada saat terjadi transaksi, dengan demikian tidak ada masalah dalam penundaan pengiriman. Biasanya dana disimpan di bank lokal dan perusahaan mempunyai beberapa cara untuk menggunakan dana tersebut.
            Jika sebagian besar atau semua pembayaran penerimaan perusahaan dilakukan dengan cek yang disampaikan melalui pengiriman, semua komponen waktu pengumpulan menjadi relevan dipertimbangkan. Perusahaan dapat memilih untuk mengirim cek ke satu lokasi,atau perusahaan dapat menggunakan beberapa lokasi yang berbeda untuk mengurangi waktu pengiriman. Perusahaan juga dapat melakukan pengumpulan sendiri atau menunjuk perusahaan lain yang mempunyai spesialisasi dalam pengumpulan kas.
            Pendekatan yang lain dalam mempercepat pengumpulan kas adalah dengan melakukan kesepakatan dengan pelanggan untuk melakukan preauthorized payment. Dengan kesepakatan tersebut, jumlah pembayaran dan waktu pembayaran ditetapkan di awal. Setelah disepakati, pembayaran secara otomatis ditransfer dari rekening bank pelanggan ke rekning bank perusahaan, dan cara ini dapat mengurangi waktu pengumpulan kas.
Lockboxes
            Ketika perusahaan menerima pembayaran melalui pengiriman cek, perusahaan harus memutuskan ke mana cek dikirim dan bagaimana penanganan cek akan ditangani serta disimpan. Pemilihan yang dilakukan secara hati-hati terhadap jumlah dan lokasi pengumpulan dapat mengurangi waktu pengumpulan kas secara berarti. Banyak perusahaan menggunakan kantor pos yang dikenal dengan lockbooxes untuk menerima pembayaran dan mempercepat pengumpulan kas
Konsentrasi Kas
            Perusahaan dapat memiliki sejumlah titik pengumpulan kas, yang ditangani oleh banyak bank yang berbeda dan banyak rekening bank. Perusahaan memerlukan beberapa prosedur untuk memindahkan kas dari banyak bank ke rekening utama perusahaan, yang disebut dengan cash concentration. Dalam membangun sistem konsentrasi, perusahaan dapat menggunakan satu atau lebih concentration banks. Satu concentration bank mengumpulkan dana yang diperoleh dari bank-bank lokal yang tersebar di beberapa lokasi yang berbeda.
E. MANAJEMEN PENGELUARAN KAS
            Dari sudut pandang perusahaan, tujuan dari pengelolaan disbursement float adalah untuk memperlambat disbursement kas. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk meningkatkan mailfloat, procesing float, dan availability float atas cek yang ditulis perusahaan. Disamping itu perusahaan juga harus mengembangkan prosedur untuk meminimalkan kas untuk tujuan pembayaran.
Meningkatkan Disbursement Float
            Sebagaimana telah dipahami, memperlambat pembayaran dapat mencakup waktu pengiriman check, pemrosesan check, dan pengumpulan dana. Disbursement float dapat ditingkatkan dengan menulis cek atas bank yang secara geografis lokasinya jauh. Hal ini akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk kliring cek melalui sistem perbankan.
            Taktik untuk memaksimalkan Disbursement float masih menjadi perdebatan, baik dari sudut pandang etika maupun ekonomi. Syarat pembayaran sering kali menawarkan potongan yang cukup besar bagi pelanggan yang membayar lebih cepat. Potongan biasanya lebih besar daripada penghematan yang diperoleh dari memainkan float. Di samping itu, pemasok sering tidak menyukai upaya untuk memperlambat pembayaran. Akibat buruk yang mungkin terjadi adalah hubungan yang kurang baik dengan pemasok dapat menimbulkan biaya yang mahal.
Pengendalian Pengeluaran
            memaksimumkan waktu penundaan pembayaran mungkin merupakan praktek bisnis yang kurang baik, namun demikian perusahaan berusaha untuk tetap menahan kas sekecil mungkin dengan menunda waktu pembeyaran. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengembangkan sistem yang dapat mengelola proses pembayaran secara efisien. Dasar pemikiran sistem yang demikian adalah perusahaan tidak boleh memiliki kas yang disimpan di bank melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk membayar tagihan.
Zero-Balance Accounts
            Dalam sistem zero-balance accounts, perusahaan bekerja sama dengan bank membuat satu master account dan sejumlah subaccount. Ketika cek yang ditulis di salah satu subaccount harus dibayar, jumlah dana yang diperlukan ditransfer dari master account. Dengan cara demikian, saldo kas pada subaccount tidak perlu ada atau nol.
Pengendalian Disbursement Accounts
            Dalam sistem ini semua pembayaran yang harus dilakukan pada hari tertentu telah diketahui pada pagi harinya. Bank memberitahu perusahaan jumlah uang yang harus dibayar, dan perusahaan mentransfer jumlah yang dibutuhkan.
F.   INVESTASI KELEBIHAN KAS DAN SURAT BERHARGA
            Apabila perusahaan memiliki surplus kas untuk sementara waktu, perusahaan dapat menginvestasikan pada surat berharga jangka pendek di pasar uang. Pada umumnya, perusahaan besar mengelola sendiri aset keuangan jangka pendeknya, dan melakukan transaksi melalui bank dan dealer.
            Surat berharga adalah surat yang dijual dengan cepat tanpa mengalami suatu kerugian. Ada dua alasan perusahaan untuk melakukan investasi dalam surat berharga, yaitu pertama, sebagai pengganti kas, dalam hal ini perusahaan mempertahankan suatu portofolio surat berharga untuk mengurangi saldo kas yang terlalu besar untuk sementara dan akan menjualnya kembali jika arus kas keluar melebihi arus kas masuk. Kedua, sebagai investasi sementara, biasanya dilakukan untuk membelanjai kegiatan perusahaan yang bersifat musiman atau untuk membelanjai kebutuhan yang telah direncanakan pada waktu yang akan mendatang.
 Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu surat berharga sebagai alternatif untuk menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara, yaitu:
1.      Default risk , yaitu risiko kegagalan perusahaan yang menerbitkan surat berharga untuk melunasi bunga dan pokok pinjaman.
2.      Event risk, yaitu risiko suatu kejadian yang tiba-tiba dapat segera mengakibatkan perusahaan yang menerbitkan surat berharga dalam kondisi yang sulit.
3.      Interest rate price risk, yaitu risiko turunnya harga pasar suatu surat berharga karena terjadinya kenaikan suku bunga di pasar.
4.      Inflation risk, yaitu risiko inflasi yang akan menurunkan daya beli dari sejumlah uang.
5.      Marketability risk, yaitu risiko kesulitan untuk menjual surat berharga pada tingkat harga yang berlaku di pasar.
6.      Return on securities, yaitu tingkat pendapatan dari surat berharga, hal ini biasanya berkaitan dengan tingkat risiko dari surat berharga tersebut. Semakin besar risiko semakin tinggi tingkat pendapatan yang disyaratkan.
Model Baumol-Allais-Tobin (BAT) dalam Manajemen Kas
            Model BAT, merupakan cara klasik dalam menganalisis permasalahan manajemen kas. Model ini dipakai untuk menentukan saldo kas yang ditargetkan perusahaan, yaitu saldo kas yang ditentukan berdasarkan keseimbangan antara biaya penyimpanan kas dan biaya transaksi untuk memperoleh kas. Model ini hanya cocok untuk diterapkan dalam kondisi yang bersifat pasti. Model ini mirip dengan model manajemen persediaan yang dikenal dengan nama economic order quantity (EOQ). Dalam menentukan saldo kas optimal, model BAT berorientasi pada biaya, yaitu jumlah biaya penyimpanan kas dan biaya transaksi yang minimal.
Secara matematis besarnya saldo kas optimal dapat dihitung dengan rumus:
C* = √2xTxF
k
Keterangan:
C* = Saldo kas optimal yang diperoleh dengan menjual surat berharga
F = Biaya transaksi yang jumlahnya tetap setiap kali transaksi dilakukan
T = Jumlah kas yang diperlukan selama satu periode tertentu ( biasanya satu tahun )
k = Biaya opportunity yang timbul karena menyimpan kas.
            Berdasarkan model BAT, semakin banyak jumlah kas yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi biaya penyimpanan kas, sedangkan biaya transaksi semakin rendah. Hal ini terjadi karena biaya transaksi akan berkurang jika frekuensi transaksi semakin kecil. Dengan demikian, jika jumlah saldo kas yang dimiliki perusahaan semakin banyak, frekuensi perusahaan dalam menjual surat berharga untuk memperoleh kas akan semakin berkurang, sehingga biaya transaksi juga semakin kecil.
            Sebagai contoh, misalkan perusahaan membutuhkan kas selama satu satu tahun sebesar Rp18.000.000 . Biaya setiap kali transaksi Rp250 dan suku bunga yang relevan adalah 10%. Berdasarkan informasi tersebut, maka jumlah kas yang optimal adalah:
C*=   2(250)(18.000.000) = Rp300.000
                                                            0,10
            Setelah menghitung C*, sebagai jumlah kas optimal yang ditransfer, besarnya saldo kas rata-rata selama periode (satu tahun) adalah:
Saldo kas rata-rata = C*= Rp300.000=Rp150.000
                                                                           2              2
Frekuensi transaksi atau transfer yang harus dilakukan dalam satu tahun adalah:
Frekuensi transaksi =  T     = Rp18.000.000 = 60 kali
C*       Rp 300.000
Total biaya untuk mempertahankan saldo kas dalam satu tahun adalah:
Total biaya = F(T) + k(C*)
C*       2
                        = Rp250(60) + 0,10(Rp150.000)
                                                            =Rp30.000,-
Berdasarkan asumsi yang digunakan dalam analisis, biaya ini merupakan biaya minimum untuk mengelola persediaan kas.
            Model BAT merupakan model yang sederhana dan sangat logis dalam menentukan saldo kas yang optimal. Hal ini didasarkan pada sumsi arus kas keluar yang tetap stabil dan pasti, dan merupakan kelemahan model BAT. Berikut ini akan dijelaskan model Miller-Orr, yang dirancang sehubungan dengan keterbatasan model BAT.
Model Miller-Orr dalam manajemen kas
            Model ini dirancang untuk sistem manajemen kas perusahaan yang arus kasnya berfluktuasi secara acak dari hari ke hari. Model ini juga memfokuskan pada saldo kas, tetapi diasumsikan saldo kas berfluktuasi secara acak dan rata-rata perubahannya sama dengan nol.
            Model Miller-Orr bekerja atas dasar saldo kas perusahaan maksimum sampai dengan batas atas (h) dan saldo kas minimum atau batas bawah (r) dan target saldo kas (z). Perusahaan mengizinkan saldo kas berfluktuasi diantara batas atas atau batas bawah. Ketika saldo kas mencapai batas atas pada T1, perusahaan harus mengubah kas sebesar h-z untuk diinvestasikan ke dalam surat berharga. Tindakan ini akan menurunkan saldo kas menjadi z. sebaliknya, jika saldo kas turun sampai dengan batas bawah (r) pada T2, perusahaan harus menjual surat berharga sebesar z-r untuk dikonversikan menjadi kas.
            Dalam penggunaan model ini, pertama-tama perusahaan harus menentukan saldo kas minimum sebagai batas bawah (r), hal ini tergantung pada seberapa besar risiko kekurangan kas yang dapat ditolerir oleh manajemen perusahaan. Biasanya didasarkan pada saldo kas kompensasi, yaitu saldo kas minimum yang disyaratkan oleh bank tempat perusahaan menyimpan kasnya.
Fungsi biaya manajemen kas pada model Miller-Orr dapat dinyatakan sebagai berikut:
E(c) = bE(N)/T + iE(m)
Keterangan:
E(N)    = perkiraan jumlah transfer antara kas dan surat-surat berharga selama satu periode.
b          = biaya setiap kali transaksi
T          = jumlah hari dalam satu periode
E(m)    = perkiraan saldo kas harian
i           = suku bunga harian
            Keberhasilan penerapan model Miller-Orr tidak hanya ditentukan oleh seberapa akurat prediksi tentang kondisi yang direncanakan, seperti perkiraan frekuensi transfer dan perkiraan saldo kas dengan keadaan yang sesungguhnya, tetapi juga ditentukan oleh seberapa akurat estimasi parameter biaya suku bunga.
 
  DAFTAR PUSTAKA
I Made Sudana. 2011.Manajemen keuangan perusahaan.Erlangga,Jakarta.
 

1 komentar:

  1. ▷ Casino Site Review 2021 | Online Slots, Live Casino
    Check luckyclub.live out our review of Casino Site, including bonus codes & free spins, games, payment methods and more! Rating: 4 · ‎Review by Lucky Club

    BalasHapus