MAKALAH
KEBIJAKAN DEVIDEN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Keuangan 2
Di
Semester Empat Prodi
S1 Manajamen & S1 Akuntansi
Disusunoleh :
1. Mahwiyah (5230014009)
2. Galih Adi Prakoso (5130014010)
3. Hilda Noviana Chori (5130014023)
4. Suhaini (5130014020)
5. M Amirul Fahri Alfaruk (5130014033)
DosenPembimbing :
NINNASI
MUTTAQIN,S.M.B,M.SM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN 2016----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kebijakan Deviden”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Manajemen Keuangan 2.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada :
1. Ibu Ninnasi M. yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
2.
Teman-teman yang sudah
membantu
3. Secara khusus penulis
menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan
dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah ini
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Surabaya, 03 Maret 2016
Penulis
BAB 1
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DEVIDEN
Dividen
berasal dari bahasa Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk
dibagi. Berikut ini beberapa pemaparan mengenai pengertian dividen:
1.
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia dividen
diartikan sejumlah uang sebagai hasil keuntungan yang dibayarkan kepada
pemegang saham (dalam suatu Perseroan).
2.
Dalam dunia ekonomi dividen adalah seluruh
laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan pajak yang dibagikan
kepada pemegang saham (pemilik modal sendiri) kecuali ditentukan lain dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
3.
Menurut Bapepam dividen adalah porsi
keuntungan perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham.
4.
Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2001: 9)
dividen adalah pembagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan dan tersedia
bagi pemegang saham.
5.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti dividen adalah
laba yang diperoleh oleh perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa dividen adalah laba yang
diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham.
B.
PENGERTIAN KEBIJAKAN DEVIDEN
Salah
satu kebijakan deviden yang harus diambil oleh manajemen adalah laba yang
diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi sebagian untuk
deviden dan sebagian lagi di bagi dalam laba ditahan.
Kebijakan
deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan
perusahaan. Secara definisi Kebijakan Deviden adalah kebijakan untuk menentukan
berapa laba yang harus dibayarkan (deviden) kepada pemegang saham dan berapa
banyak yang harus ditanam kembali (laba ditahan).
Deviden
adalah pendapatan bagi pemegang saham yang dibayarkan setiap akhir periode
sesuai dengan persentasenya. Persentase dari laba yang akan dibagikan sebagai
deviden kepada pemegang saham disebut sebagai Deviden Payout Ratio (DPR)
Bambang Riyanto (2001: 281)
mendefinisikan kebijakan dividen sebagai “politik yang bersangkutan dengan
penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan
untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk
digunakan di dalam perusahaan (laba ditahan).
Menurut
Sundjaja dan Barlian (2003: 390)
kebijakan dividen adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat
keputusan dividen.
Menurut
Wetson dan Brigham (1990:198)
kebijakan dividen adalah keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna
diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.
C.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEVIDEN
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya deviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara
lain :
1.
Posisi likuiditas Perusahaan
Likuiditas
perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan
pemenuhan kebutuhan dana. Deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka
semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan, akan
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
2.
Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang
Apabila
perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis
pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan, yaitu
perusahaan membiayai hutang itu pada saat jatuh tempo atau menggantikan dengan
jenis surat berharga yang lain. Jika keputusannya membayar hutang tesebut, maka
biasanya perlu untuk menahan laba.
3.
Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin
cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai
ekspansi aktivanya, perusahaan cenderung untuk menahan laba daripada
membayarkannya dalam bentuk deviden.
4.
Stabilitas Laba
Suatu
perusahaan yang mempunyai laba stabil sering kali dapat memperkirakan berapa
besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung
membayarkan “DPR” yang tinggi, daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi.
Deviden yang lebih rendah akan mebih mudah untuk dibayar apabila laba menurun
pada masa yang akan datang.
D. TEORI
– TEORI KEBIJAKAN DEVIDEN
1. Dividen
irrelevance Theory(Dividen Tidak Relevan)
Beberapa
kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap
harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Jika kebijakan dividen
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan.
Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah Modigliani-Miller
(MM). Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak
mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut MM
berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dan asset
perusahaan tersebut. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh
keputusan investasi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan
dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan.
MM
menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan asumsi-asumsi di bawah ini:
a)
Pasar modal sempurna, di mana para investor
mempunyai kesamaan informasi, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada pajak.
b)
Para investor bersifat rasional.
c)
Semua peserta pasar bersifat price-taker.
d)
Adanya unsur ketidakpastian bagi arus
pendapatan masa datang dan para investor mempunyai informasi yang sama
e)
Manajer dalam pengambilan keputusannya
mengenai produksi dan investasinya disesuaikan dengan informasi tersebut.
f)
Untuk memisahkan pengaruh dividen dan
pengaruh leverage, maka semua perusahaan dianggap memiliki rasio D/S
sama.
g)
Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki
kelas risiko yang sama.
2.
Teori Bird in The Hand
Teori
ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) yang
berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio
pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap
penerimaan keuntungan modal (capital gain) yang dihasilkan dari laba
yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan
Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai
pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan
dari keuntungan modal.
MM
dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung
pada kebijakan dividen, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara
dividen dengan keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai
kekeliruan bird-in-the-hand, yakni: mendasarkan pada pemikiran bahwa
investor memandang satu burung di tangan lebih berharga dibandingkan seribu
burung di udara. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai dividend payout
ratio yang tinggi akan mempunyai nilai perusahaan yang tinggi pula.
Namun
menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan
kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan
sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi
investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas
operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.
3.
Teori Preferensi Pajak
Ada
tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor
mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang tinggi,
yaitu:
a) Keuntungan
modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan dividen. Untuk
itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka
perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan
laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal
yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.
b) Pajak
atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai
waktu.
c) Jika
selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak
ada pajak keuntungan modal yang terutang.
Karena
adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka
perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikia para investor
akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya
rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.
E.
JENIS-JENIS DIVIDEN
Menurut
Zaki Baridwan (1993) deviden yang akan dibagikan oleh perusahaan dapat terbagi
dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Dividen
tunai (cash dividen),
yaitu
dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dan
dikenai pajak
pada tahun pengeluarannya. Dividen ini yang paling umum dan banyak digunakan
dalam pembagian saham.
2. Dividen
saham (stock dividen),
yaitu dividen yang dibagikan perusahaan
kepada para pemegang saham dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham
perusahaan menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock dividen ini
dilakukan dengan cara mengubah sebagian laba ditahan (retained earnings)
menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak mengubah jumlah modal sendiri.
Namun demikian cash flow perusahaan tidak terganggu karena perusahaan
tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukanjika posisi kas
perusahaan atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan. Investor dalam hal ini
akan memiliki lebih banyak saham tetapi laba per lembar saham lebih rendah.
Proporsi pemilikan investor tidak mengalami perubahan.
Contoh:
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:
ð Saham biasa (nominal Rp 1000 : 3 000
000 lembar) = Rp 3 000 000 000
ð Capital surplus =
Rp 1500 000 000
ð Laba ditahan =
Rp 7 500 000 000
ð Modal sendiri =
Rp 12 000 000 000
ð Perusahaan menentukan stock dividend
sebesar 10%.
ð Harga pasar saham Rp 4.000,-
Bagaimanakah
komposisi modal sendiri setelah stock dividend?
Jawab:
ð Stock dividend 10%
Maka ada
tambahan saham sebanyak 10% x 3 000 000 = 300 000lembar.
ð Stock deviden = 300 000 x Rp 4.000,-
= Rp 1.200.000.000,-
ditransfer
dari laba ditahan ke saham biasa dan capital surplus.
a)
Nilai
nominal saham tidak berubah, maka 300 000 lembar x Rp 1000 = Rp 300.000.000,
ditransfer ke modal saham biasa.
b)
Sisanya
Rp 1 200 000 000 – Rp 300 000 000,- = Rp 900 000 000,- dimasukkan dalam capital
surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah.
c)
Setelah
stock dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :
ð Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 300
000 lembar) = Rp 3 300 000 000
ð Capital surplus =
Rp 2 400 000 000
ð Laba ditahan = Rp 6
300 000 000
ð Modal sendiri =
Rp 12 000 000 000
Stock dividend meningkatkan jumlah
saham yang beredar, sehingga laba per saham (EPS) akan menurun secara
proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang
bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi keuntungan
totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan harga
saham sehingga tidak memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba tidak berubah, demikian juga dengan biaya
modalnya.
Bagaimanapun, harga saham akan
dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba dan
resiko perusahaan (yang tercermin dalam
biaya modalnya). Kedua factor tersebut tidak
bisadimanipulasi oleh manajer keuangan. Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan
pemegang saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk membagikan
stock dividend. Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend,
karena mereka memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang
saham.
3.
Pemecahan
Saham (Stock Split)
Stock split adalah pemecahan nilai
nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Pemecahan saham lama ini
menjadi beberapa saham baru, akan menyebabkan jumlah saham yang beredar
bertambah. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam
trading range tertentu.
Contoh:
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham.
Komposisi modal sendiri
perusahaan adalah sebagai berikut:
ð Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600
000 lembar) = Rp 3.000 000
ð Capital surplus =
Rp 1.500 000
ð Laba ditahan = Rp
7.500 000
ð Modal sendiri =
Rp12.000 000
Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:
ð Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200
000 lembar) = Rp 3.000 000
ð Capital surplus =
Rp 1.500 000
ð Laba ditahan = Rp 7
500 000
ð Modal sendiri =
Rp12.000 juta
Setelah stock split, nilai nominal
saham menjadi ½ X Rp 5 000 = Rp 2500 per lembar. Investor yang semula memiliki
100 lembar saham setelah stock split jumlah saha, yang dimilikinya menjadi 2 X
100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan.
Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang
diperolehnya dari stock split.
Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split,
yaitu:
1. Tidak ada pendistribusian kas dalam
kedua bentuk itu.
2. Mengakibatan jumlah lembar saham
yang beredar meningkat.
3. Total modal sendiri (net worth)
tidak berubah, tetapi hanya
4. komposisinya saja yang berubah.
4.
Pembelian
Kembali Saham (Repurchase Of Stock)
Sebagai akternatif pemberian deviden
berupa uang tunai, perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada
pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (repurchasing
stock). Saham yang dibeli kembali itu akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury
Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham, maka jumlah saham yang
beredar akan berkurang, bila diasumsikan pembelian kembali saham ini tidak
memberi pengaruh negative terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS
akan meningkat, yang akan, meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga
pasar saham itu akan memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada
para pemegang sahamnya.
Contoh:
PT Abadi adalah perusahaan yang
bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi produk-produk
perlengkapan busana wanita dan pria. Pada tahun 2005 memperoleh laba
sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada
para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham.
Jumlah saham yang beredar saat
ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,-
per lembar saham. Manajer keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang
mau menjual kembali saham biasa yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi
seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per lembar saham. Berdasarkan
data tersebut.
carilah:
a. laba per saham dan PER sebelum kebijakan pembelian kembali saham
a. laba per saham dan PER sebelum kebijakan pembelian kembali saham
b. laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali
saham
c. harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi PER konstan.
c. harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi PER konstan.
Jawab:
ð EAT = 550 juta Payout Ratio 50%
ð Outstanding share = 1,1 juta1
ð P saham = Rp 2500 /
lembar
ð P treasury stock = Rp 2750 /
lembar
a.
Sebelum
kebijakan pembelian saham:
EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp
500 /lembar
PER = 2500 / 500 = 5 EPS
b.
Setelah
kebijakan pembalian kembali
saham:
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta = Rp.275,- juta
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100 000 lembar
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta = Rp.275,- juta
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100 000 lembar
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar
c.
P
saham = PER x EPS =
= 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-
M life Casino launches in Pennsylvania with online sports betting
BalasHapus“We have taken this 나주 출장마사지 opportunity to provide all of the best value for 김포 출장안마 our 사천 출장마사지 users 바카라 규칙 through a fantastic casino platform, Feb 8, 군포 출장마사지 2021 · Uploaded by PokerNews